Oleh Tony Hasyim – Wartawan Senior Forum Keadilan
Bayangkan, jika Rusia dan Ukraina bersedia menarik mundur pasukan tempur masing-masing sejauh 15 km.
Lalu zona penyanggah tersebut dijaga oleh Pasukan Perdamaian PBB yang dimotori Kontingen Indonesia sampai kedua belah pihak menerima dengan lapang dada hasil referendum di zona perang itu.
Maka Perang Dunia Ke-3 yang dikhawatirkan seluruh umat manusia dapat dicegah atas inisiatif Indonesia.
Bahwa proposal tersebut baru berupa gagasan Menteri Pertahanan Republik Indonesia Prabowo Subianto di forum elite pertahanan dunia, dan tampaknya sudah ditolak oleh pihak Ukraina, tidak jadi soal.
Justru seluruh masyarakat Indonesia, harus mendesak Presiden Indonesia agar berjuang menggolkan proposal perdamaian tersebut menjadi Resolusi PBB.
Karena sejatinya apa yang disampaikan Prabowo tersebut adalah amanat konstitusi kepada Pemerintah Republik Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 45: “Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial” .
Yang mengherankan mengapa ada orang Indonesia yang mengecam proposal Prabowo tersebut?
Di mana keberpihakan hati nurani mereka ketika melihat ribuan orang tewas akibat perang?
Perang Russia vs Ukraina tidak mungkin diselesaikan melalui proposal Joe Biden dan konco-konconya di Eropa.
Blok Barat ini maunya pasukan Russia mundur atau dikalahkan, lalu membayar pampasan perang kepada Ukraina dan Putin diadili sebagai kriminal perang.
Sampai hari ini mereka terus memasok persenjataan dan logistik ke Ukraina. Perekonomian Russia diembargo.
Bagi Putin, itu sama saja menantang Perang Dunia Ke-3 dan itu bukan suatu hal yang ditakutkannya. Karena kekuatan militer dan ekonomi Russia hari ini sudah dalam kapasitas penuh untuk menghadapi perang terbuka sewaktu-waktu dengan AS dan sekutunya.
Selain itu Putin yakin kawan-kawannya dari Cina, India, Korut dan Iran, empat negara yang memiliki kapasitas perang berskala masif akan ikut berperang bersamanya.
Karena itulah Putin sampai hari ini tidak mau bergeming sedikit pun. Dia tidak akan memerintahkan pasukannya mundur sebelum Zelensky yang dijulukinya sebagai Boneka Amerika berhasil ditangkap atau terguling dari kursi Presiden Ukraina.
Jadi, sudah jelas teater perang Russia vs Ukraina tidak akan selesai dalam waktu dekat melalui resolusi mengutuk dan mengembargo Russia.
Yang ada serangan Russia justru semakin mengganas dan melebar menjadi Perang Eropa, lalu memicu Perang Dunia Ke-3.
Bencana yang tersebut masih bisa dicegah jika “Proposal Prabowo” digolkan menjadi Resolusi PBB.
Jika gagal, Presiden Jokowi harus mencoba langkah terakhir. Yaitu mengadakan pertemuan “enam mata” dengan Putin dan Zelensky di wilayah netral atau via zoom.
Jangan lupa Jokowi-lah satu-satunya kepala negara yang dapat bertemu langsung dengan dua seteru itu ketika perang telah berkecamuk.
Siapa tahu mereka berdua mau menuruti ajakan Jokowi. “Please make peace not war, my brothers… ” (*)