Jakarta | FORUM Keadilan – Narasi Pilpres satu putaran terus didengungkan. Kesan yang disampaikan adalah bahwa pasangan capres-cawapres nomor urut 2 Prabowo-Gibran akan memenangi Pilpres dengan mudah sehingga tidak perlu dilanjutkan ke putaran kedua. Celakanya, narasi tersebut cenderung sesat hingga berpotensi memantik “genderang” perang dengan rakyat sendiri.
Alasannya, sebagaimana dilontarkan Dosen Magister Perdamaian dan Resolusi Konflik UGM Riza Noer Arfani, potensi munculnya konflik vertikal.
“Saya memprediksi dua putaran, karena kalau satu putaran itu potensi konfliknya bisa lebih besar, yang vertikal. Karena rakyat akan melihat ini rekayasa betul. Engineering, sesuatu yang direkayasa,” kata Riza di UGM, Sleman, beberapa waktu lalu.
Di sisi lain, bila dua putaran, masyarakat cenderung melihat Pilpres sebagai suatu persaingan yang benar-benar fair dan potensi konflik pun teredam.
“Yang kita tunggu-tunggu bersama apakah kita akan switch ke consolidated democracy. Kalau itu yang terjadi, wah, kita bisa bangga bersama. Saya cukup yakin itu yang akan terjadi, tidak akan ada fenomena polarisasi seperti [pemilu] 2014, 2019,” ujarnya.
Diketahui, berdasarkan Pasal 6A ayat (3) UUD 1945, penentuan terpilihnya seorang presiden dan wakil presiden memerlukan perolehan suara lebih dari 50% dari jumlah suara dengan sedikitnya 20% suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia. Itu artinya, selama angka itu belum tercapai, Pilpres bakal berlangsung dua putaran
Sementara itu, adanya upaya pemaksaan Pilpres satu putaran juga sudah disinggung Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.
“Kontestasi Pemilu itu merupakan mekanisme periodik yang biasa dilakukan, jadi kenapa harus heboh? Kenapa harus khawatir untuk memaksakan misalnya satu putaran? Biar rakyat yang menentukan, rakyat pemegang kedaulatan apakah pemilu ini mau satu putaran atau dua putaran,” imbuh Hasto.
Pemaksaan Pilpres satu putaran memang kurang masuk akal jika ditinjau dari hasil sejumlah lembaga survei. Hasilnya tak ada satupun pun yang merilis keunggulan Prabowo-Gibran di atas 50 persen. Dengan kata lain, Pilpres sangat berpotensi untuk dilangsungkan sebanyak dua putaran. (sws/